Umar bin Khottob ra. sahabat nabi yang kedua setelah Abu Bakar as Shiddiq pernah mengatakan : Amanah itu jangan minta, tapi kalau diberi maka laksanakan sebab kalau amanah itu di minta, maka Allah SWT dan Malaikatnya tidak akan mendokannya, alias di cabut keberkahannya dari langit maupun bumi. Oleh karena kita harus hati-hati dan teliti ketika kita berurusan dengan amanah.
Didalam Al-Quran Allah SWT. menginformasikan kepada kita bahwa yang dirindukan surga adalah: orang yang menjaga amanah.
Allah SWT berfirman (yang artinya): Orang-orang yang menunaikan amanah dan menepati janji…mereka itulah yang mewarisi, yakni mewarisi Surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.(QS.al-Mu’minun[23]:8-11).
Karena itu diantara ciri mukmin sejati adalah memiliki sifat amanah. Lawannya adalah khianat. Kedua sifat ini mustahil berkumpul pada diri seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Tak mungkin berkumpul pada kalbu seseorang kekufuran dan keimanan, dusta dan kejujuran, amanah dan pengkhianatan.” (HR Ahmad).
Dengan demikian orang amanah tak akan berkhianat. Sebaliknya, pengkhianat sulit diharapkan bersikap amanah.
Amanah itu banyak. Menjadi Muslim itu amanah. Menjadi ayah dan suami itu amanah. Menjadi istri dan ibu adalah amanah. Menjadi anak juga amanah. Menjadi pimpinan, karyawan, PNS, guru, pedagang, pejabat, penguasa, dll. Semua adalah amanah. Semua pasti dimintai pertanggungjawaban. Sabda Rasul saw., “Setiap orang dari kalian adalah pemimpin. Setiap orang dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban.”(HR.Muslim).
Amanah itu ada pada seluruh perintah dan larangan Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT telah mengharamkan sikap mengkhianati amanah ini, sebagaimana firman-Nya (yang artinya): “
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Jangan pula kalian mengkhianati amanah-amanah kalian. Padahal kalian tahu. (QS.al-Anfal[8]:27).
Menurut Ibnu Abbas ra. dalam tafsirnya ayat di atas bermakna, “Janganlah kalian mengkhianati Allah SWT dengan meninggalkan kewajiban-kewajiban-Nya. Janganlah kalian mengkhianati Rasul saw. dengan meninggalkan sunnah-sunnahnya. Janganlah kalian bermaksiat kepada keduanya.” (Fath al-Bayan, 1/162).
Banyak teladan yag perlu kita contoh misalnya. Saat menjadi khalifah, Umar bin al-Khaththab ra beliau pernah dihadiahi minyak wangi kesturi dari penguasa Bahrain. Beliau lalu menawarkan kepada para sahabat, siapa yang bersedia untuk menimbang sekaligus membagi-bagikan minyak wangi kesturi itu kepada kaum Muslim. Saat itu, istri beliau, Atikah ra., yang pertama kali menawarkan diri. Namun, beliau dengan lembut menolaknya. Sampai tiga kali istri beliau menawarkan diri, beliau tetap menolak keinginan istrinya. Beliau kemudian, berkata, “Atikah, aku hanya tidak suka jika engkau meletakkan tanganmu di atas timbangan, lalu engkau menyapu-nyapukan tanganmu yang berbau kesturi itu ke tubuhmu. Sebab dengan demikian berarti aku mendapatkan lebih dari yang menjadi hakku yang halal.” (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal, hlm. 590).
Begitulah sikap amanah sang Khalifah. Jangankan korupsi. Sekadar kecipratan minyak wangi yang bukan haknya pun tak sudi.
Bagaimana cara menjaga amanah atau titipan yang telah diberikan.
1. Pastikan amanah atau yang dititipkan tidak melanggar norma dan hukum.
2. Berhati-hatilah saat menjaga amanah.
3. Berjanji kepada diri sendiri untuk melaksanakan amanah dengan konsisten.
4. Ketahui risiko yang akan terjadi jika tidak menjalankan amanah.
5. Selalu ingat jika Tuhan selalu memperhatikan kita di mana pun berada.
6. Tidak menjaga amanah akan merusak hubungan dengan orang lain.
7. Menjaga amanah dengan baik akan memberikan kita banyak manfaat
Khudlori
PAIF Kec.Gayungan