Melaksanakan Bimbingan atau Penyuluhan di daerah rawan konflik ternyata bukanlah suatu hal yang mudah. Kadang ada peristiwa-peristiwa kecil yang bisa menjadi besar karena kesalah pahaman, maka disinilah Penyuluh berperan sebagai gardan advokasi untuk ummat, menjadi sosok yang diharapkan mampu memberikan solusi aktif, pencerahan batiniah dan memberikan opsi-opsi penyelesaian sebuah problem yang terjadi.
Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah: 286 yang berbunyi: “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.
Pada ayat yang lain juga disebut ,
Selalu Ada Kemudahan Di Balik Kesulitan Yang Ada. Q.S Al-Insyirah: ayat 5-6 yang berbunyi:”Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Menjadi pendakwah bukan berarti tanpa tantangan. Karena heterogennya lapisan masyarakat yang memiliki idealisme hidup membuat siapapun seakan-akan tidak boleh mengintervensi. Kembali tugas Penyuluh sebagai gardan edukasi mulai bergerak untuk mencerahkan lentera hati siapapun yang masih padam.
Sebagamana Nabi Muhammad Saw telah bersabda Dari Abdillah ibn Amr ibn Ash RA, “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Berkisahlah tentang Bani Israel dan tidak apa-apa. Barangsiapa berdusta atas namaku, maka bersiaplah mendapatkan kursinya dari api neraka.” (HR Bukhari).
Maka sudah barang tentu tidak ada kata tidak mampu, tidak ada kata untuk menyerah ataupun memilih dan memilah tempat untuk menjadikan zona nyaman dalam berdakwah. Karena seluruh lapisan masyarakat perlu sentuhan ruhiyah yang sebenarnya jauh dari di relung jiwa mereka ada satu hal yang fitrah yang selalu akan ada, bahwa pada dasarnya mereka dan kita semua terlahir dalam sebuah kefitrahan, jika kemudian ada banyak kealpaan yang terjadi, itulah sebuah proses yang dilalui, maka tugas Penyuluh sebagai pencerah ummat untuk bisa hadir, mengajak kembali pada rel kehidupan yang semestinya dijalani.
Salah satunya, firman Allah, “Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikkan/ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Imron 104). Sementara ada hadist juga menyebutkan Dari Abu Sa’id al-Khudriy Ra., ia berkata,
“Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda,
“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.”
(HR Muslim).
Penyuluhan di daerah rawan konflik memiliki kesan tersendiri. Penuh tantangan, syarat kesabaran dan yang pasti harus inovatif agar masyarakat sekitar bisa menerima perubahan positif yang kita ciptakan.
Mengikuti arus culture mereka bukan berarti kita sama dengan mereka, karena apa yang kita kerjakan semata-mata ingin mengenal mereka lebih jauh untuk menggali data dan memetakan plan-plan lanjutan yang akan kita kerjakan dalam rangka ingin mencerahkan hari mereka. Karena berangkat dari data yang ada itu akan bisa ditentukan langkah taktis sebagai win solution buat keadaan yang ada. Salah satu kasus yang terjadi, ketika pelaksana baca tulis Al-Qur’an diletakkan di daerah tersebut, yang justru itu menjadi salah satu titik dringking party, sebenarnya itu bukan unsur kesengajaan, tapi karena memang itulah satu-satunya tempat saat itu yang bisa digunakan untuk belajar mengaji diantara padatnya pemukiman penduduk yang ada di daerah tersebut.
Rasa was-was dan rasa ketakutan mulai menghantui, namun inilah tantangan yang memang harus dihadapi. Dan ternyata Taman Pendidikan Al Qur’an yang baru didirikan belum genap satu bulan itu, mulai mendapatkan reaksi dari komunitas tersebut. Dan reaksi itu adalah respon positif, kegiatan pesta miras yang biasa digelar mulai di akhiri secara perlahan, dan beberapa diantara mereka, putra dan putrinya justru dimasukkan pada Taman Pendidikan Al Qur’an yang baru didirikan. Sebenarnya mereka tidak mendapatkan tausiyah apapun, baik melalui diskusi atau dialog apalagi mengundang mereka di majlis taklim kami. Kami hanya tetap tersenyum dan menyapa ramah, mengeksistensi mereka seperti halnya warga yang lain. Tidak pernah mendiskriminasi komunitas mereka karena mereka sudah melakukan hal-hal yang dilarang Agama. Bahkan mereka yang berlalu lalang di depan lokasi pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an. Entah apa yang ingin diketahui, kami hanya berpikir mungkin ingin mendengar pesan-pesan apa saja yang kami sampaikan bagi para santri. Dan setiap usai kegiatan. Memang pesan-pesan moral selalu kami sampaikan pada santri, tapi tidak pernah menyinggung sama sekali aktivitas komunitas mereka, hampir tiap hari kami berpesan,”anak-anak…… Jika akan berangkat mengaji jangan lupa pamit dan cium tangan Bpk dan ibu ya? Karena tangan yang beliau berikan untuk kalian cium, itulah tangan kasih sayang yang di dalamnya selalu ada doa beliau berdua, untuk kalian, ada tenaga beliau berdua untuk bekerja agar kalian minta sesuatu yang kalian butuhkan, selalu ada……,” Dan ini selalu kami sampaikan setiap hari pada santri. Mungkin saat para komunitas itu berlalu di depan Taman Pendidikan Al Qur’an bertepatan saat kami menyampaikan itu. Wallahu alam bi sowwab
Inilah yang dimaksud, sebenarnya masih ada lentera kefitrahan di hati mereka yang redup, maka tugas Penyuluh Agama untuk membuat terang kembali.
Tidak ada sesuatu yang tidak bisa berubah tanpa izin Allah SWT. Aamiin
Marlichah Siti Cholidah
PAIF KECAMATAN SIMOKERTO