Imam At-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari hadits Abdullah bin Mihshan Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
من أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا في سِرْبِهِ، مُعَافًى في جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ له الدُّنْيَا
”Siapa saja di antara kalian yang keluarga dan hartanya dalam keadaan aman, tubuhnya sehat dan dia memiliki makanan untuk hari tersebut, maka seolah dunia sudah dianugerahkan kepadanya.” [Riwayat At-Tirmidzi (2346).
Syaikh Al-Abani rahimahullah menyatakannya sebagai hadits shahih]
Imam Al-Munawi rahimahullah mengomentari hadits ini dengan mengatakan, ”Siapa saja yang Allah telah kumpulkan baginya antara kesehatan badan dan keamanan hatinya kemana pun dia menuju, serta kecukupan kehidupannya dengan makanan untuk hari itu, kemudian keluarganya dalam keadaan selamat berarti Allah telah mengumpulkan untuknya seluruh nikmat yang pemilik dunia tidak akan bisa memperoleh di luar hal itu.
Dalam Islam menjaga kesehatan menjadi bagian penting dari prinsip-prinsip pemeliharaan pokok syariat (maqâsidusy syarî’ah) yang terdiri dari; pemeliharaan agama (hifdzud dîn), pemeliharaan diri/kesehatan (hifdzun nafs), pemeliharaan akal (hifdzul ‘aql), pemeliharaan keturunan (hifdzun nasab), dan pemeliharaan harta (hifdzul mâl). Sebaliknya, Islam melarang berbagai tindakan yang membahayakan kesehatan atau keselamatan jiwa, sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt yang artinya, “Dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian dalam kerusakan.” (QS Al-Baqarah: 195); dan ayat yang artinya, “Dan janganlah kalian membunuh diri kalian.Sungguh Allah Maha Penyayang kepada kalian.” (QS an-Nisa’: 29).
Kesehatan memang merupakan nikmat yang manusia sering tertipu, terlena atau lengah terhadapnya. Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam shahihnya dari hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ من الناس؛ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.”
Kesehatan Akan Dipertanggungjawabkan
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat kesehatan yang sangat berharga ini, sudah semestinya kita senantiasa berusaha untuk memanfaatkan kesehatan kita dalam hal-hal yang positif, produktif dan tidak mengundang murka Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita perlu berupaya secara terus menerus untuk mempertahankan nikmat kesehatan ini dengan melakukan segala usaha yang bersifat ikhtiar manusiawi maupun yang bersifat syar’i agar nikmat sehat ini tidak lenyap dari diri kita. Usaha yang bersifat ikhtiar manusia adalah sebagaimana yang disarankan oleh para ahli kesehatan atau para dokter. Misalnya menjalani gaya hidup sehat, pola makan sehat, olah raga teratur, cukup istirahat, mengendalikan amarah, mengelola stress dan kecemasan psikis agar tidak merusak tubuh dan seterusnya.
Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kepada kita semua hidayah dan taufik-Nya agar kita mampu untuk bersyukur kepada-Nya atas nikmat sehat ini dengan sebaik-baiknya.
Semoga Allah mudahkan hisab kita semua di akhirat nanti dengan hisab yang ringan.
Kusairi
PAIF Kec.Gubeng