Home Uncategorized MAR’ATUS SHOLIHAH

MAR’ATUS SHOLIHAH

by admin


Mar’atus Sholiah bukanlah sebuah nama seseorang yang mau saya gambarkan, ini bagian dari nama majlis taklim pertama kali yang saya dirikan Bersama senior penyuluh di kelurahan pagesangan kec. Jambangan Kota Surabaya dan sampai sekarang masih bertahan keberadaannya. Awalnya sebagai penyuluh apa yang harus saya lakukan, para senior memberikan arahan dengan mempersilahkan mencari tempat pembinaan berupa majlis taklim, jamiyah yasin tahli, TPQ atau remas, ormas juga diperbolehkan.
Tugas pertama saya di medio juni 2010 setelah anak kedua lahir, ditugaskan di kecamatan Pabean Cantikan kecamatan paling ujung bertempat di tanah Pelindo Perak. Saya tahunya karena setiap akhir tahun di ajak bu bendahara KUA untuk memperpanjang sewa tempat. Bertempat dengan berdampingan kantor kecamatan pabean cantian, membayangkan jarak jauh yang ditempuh maka kami berinisiasi mendirikan majlis taklim di sekitar area rumah dan di Surabaya.
Awalnya kami bersilaturahim dengan jalan tersebut kami memulai asasesment kebutuhan peserta, lokasi, siapa saja yang bisa di ajak dan apa yang kami tawarkan harus menarik, karena kebetulan di lingkungan tersebut ada semacam rumah al-quran yang sudah seatle. Alhamdulillah gayung bersambut bertemu dengan takmir musholla yang masih pendirian musholla dan ingin musholla tersebut diramaikan. Kami yang awalnya mengaji al-quran dengan niat nderes saja saling menyimak berjumlah 5 orang sungguh berat menjaga komitmen untuk setiap senin, rabu dan jumat hadir. Kadang kami saling menjemput agar anggota tidak berkurang.
Dari lima berkelipatan dan sampai 35 an anggota yang ternyatat sampai kami bisa mengadakan peringatan isra’ dan mi’raj dengan mengundang sekitar 200 undangan, konsumsi menggalang bantuan berupa bantuan air mineral dan snack,dan launching nama majlis taklim. Kemudian sama ustadz yang memberikan tausiyah yang seorang penyuluh juga memberikan nama dengan ”Al-Mar’ah Ash-Shalihah”.
Al-Mar’ah Ash-Shalihah adalah wanita yang baik dan patuh kepada suaminya, setelah taat kepada Tuhannya. Allah SWT mendeskripsikan isteri shalihah dalam firman-Nya : “Isteri Shalihah adalah isteri yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah menjaganya.” (QS. An-Nisaa’ ; 34).
Ketika ditanya tentang kriteria isteri yang baik, Rasulullah SAW menjawab : “Yaitu isteri yang menyenangkanmu jika kamu memandangnya, patuh jika engkau menyuruhnya, menjaga dirinya dan hartamu jika kamu tidak ada di sampingnya.” (HR. Nasa’i dan Ahmad).
Dengan harapan tersebut majlis taklim tersebut bisa mendukung setiap anggotanya menjadi perempuan yang ”Al-Mar’ah Ash-Shalihah” yang bagian dari wujud tersebut adalah:
1.Hanya mencintai suami
2.Berpikiran maju
3.Tidak cerewet dan bawel
4.Tidak menentang suami
5.Tidak berlebihan dalam berhias (tabarruj) dan mengikuti mode
6.Pandai bergaul dengan keluarga suami
7.Tidak menganggap harta sebagai bukti utama cinta
8.Dapat dipercaya dan tulus
9.Tidak suka berbohong
10.Tidak cenderung berkuasa dan tidak sombong
11.Puas dengan anugerah Allah kepadanya

Sesungguhnya masih banyak hal lagi yang diharapkan dengan nama tersebut begitu yang di sampaiakan oleh Ust.Zunadam kala itu dengan memberikan nama tersebut.
Seiring berjalannya waktu anggota majlis taklim tersebut berkembang, kami mulai mengembangkan dengan tambahan kesenian yakni Qosida Rebana, kami iuaran untuk membeli alat tersebut di sekitaran makam mbah Ampel dan di nikmati para anggotanya. Disela-sela berlatih kami menyampaikan pesan kepada anggota bahwa menabuh alat rebana adalah bagian dari pengeluaran toxin atau racun yang ada pada tubuh kita. Biar kita sampai rumah tidak dalam keadaan marah karena sudah terpuaskan pada memukul alat rebana tersebut.
Karena Ibu menjadi penentu bagi anak-anaknya dalam melahirkan generasi penerus umat dan bangsa yang berkarakter. Selain itu, ibu juga menjadi sosok yang sangat dimuliakan dalam Islam. Di dalam Alqur’an telah dijelaskan, betapa pentingnya peran perempuan, baik sebagai ibu, istri, saudara perempuan, maupun sebagai anak. Sebagai ibu, ia memiliki peran penting, karena banyak beban-beban berat yang harus dipikulnya. Bahkan beban-beban yang semestinya dipundak para pria (suami). Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, dan segera memuliakannya.
Di dalam Islam, kedudukan seorang ibu terhadap anak-anaknya lebih dihargai daripada kedudukan seorang ayah. Rasulullah SAW telah memberikan teladan bagi umatnya betapa Rasulullah sangat menghormati ibunda yang melahirkan dengan berbakti sepenuhnya, meski keberadaan sang ibu begitu singkat. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, pernah suatu kali datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “ibumu”. Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR.Bukhari Muslim).
Dari hadits di atas disampaikan bahwa, hendaknya berbakti kepada ibu tiga kali lipat berbakti kepada figur seorang ayah. Selanjutnya, kedudukan istri dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa seseorang (suami), telah dijelaskan dalam Firman Allah SWT.“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf :15).
Oleh karena itu dengan kegiatan tambahan tersebut berlatih Qosida Rebana. Ketrampilan memasak dan menghias hantaran menjadi prioritas kegiatan masjid taklim tersebut selain belajar mengaji Al-Quran dan Sulam Taufiq. Kami berkeliling dari rumah kerumah untuk menyumbangkan hiburan beserta sholawat dan untuk membayar pelatihnya kami mengadakan swadaya dan juga hasil isian kas yang rumah tersebut meminta kami mengisi sholawatan. Terkadang kami juga wisata religi, ke wali madura, blitar, ke makam Gus Dur maupun ke makam syeh jumadil kubro dan wali yang ada di jawa timur. Hal tersebut kami maksudkan selain mengambil manfaat dan karomah para waliyullah.
Seiring berjalannya waktu dan pergantian kepengurusan takmir musholla maka ada perubahan manajemen, bahwa di musholla tersebut akan dipanggilkan guru mengaji dan ada Grup rebana juga, awalnya anggota majlis taklim menolak keras tapi tetap kami tanamkan kita tetap bersaudara menjalin silaturrahim dan tugas kami mengawal majlis taklim tersebut selesei, kami akan mengembangkan dan membuka majlis taklim baru di tempat lain yang membutuhkan kami.
Banyak konflik dan kami belajar menyeleseikannya dengan sabar dan kepala dingin, bawa perbedaan adalah Rahmat yang perlu disyukuri, dari sini kita semua belajar bagaimana moderasi beragama kita terapkan,konflik internal dan eksternal. Alhamdulillah akhirnya pada tahap meraih kedewasaan berpikir bersikap dan bertindak konflik tersebut terseleseikan. Ibu-ibu jamaah memilih mundur dari musholla dan mengaji di rumah-rumah secara bergiliran denga tetap pondasi awal 35 anggota yang terbagi Sebagian hanya mengaji saja, berqosida rebana saja, kelas memasak.
Kami berhenti total karena pandemi covid19 hanya menggunakan media sosial dan grup wa yang kami andalkan untuk berkomunikasi dan bertukar informasi. Setiap kamis aka nada pembacaan yasin bersama-sama selepas habis magrib tanpa ada zoom atau goegle meet karena kami berhemat quota dan keterbatasan Gadget yang kami miliki.
Bahkan 2 anggota senior kami ibu khomsatun nurhayati dan bu pramono lebih dulu dipanggil menghadapNya. Kami hanya mampu memeluk dalam doa dengan membaca doa melalui informasi wa grup lalu saya membacakan doa melalui voice note dan di aminkan sebisanya anggota. Karena varian delta yang mencekam.
Bismillahirrohmanirrohim di awal tahun 2022 covid19 melandai dan Surabaya zona kuning, dengan tetap protocol Kesehatan yang ketat kami memulai Kembali mengaji al-quran dan aktifitas lainnya secara tatap muka. Semoga Allah meridhoi dan di catat sebagai amal kebaikan ihtiar kami.

Ely Rosyidah
PAIF Kec.Bubutan

You may also like

Leave a Comment

Follow by Email