Allah Subhanahu wata’ala berfirman yang maknanya : “Hai orang-orang beriman , janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah, siapa yg berbuat demikian maka mereka itulah orang yg merugi” (terj.QS, Al Munafiqun :9)
Di antara tujuan perkawinan menurut pandangan Islam ialah untuk memperoleh keturunan. Rasulullah bersabda : Nikahilah wanita-wanita subur peranakannya dan memiliki rasa cinta, karena aku merasa bangga dng banyak umatku dihadapan nabi-nabi pd hari kiamat (HR. Ahmad dari Anas).
Dengan demikian anak amat sangat penting dalam pandangan Islam, bagi orang tua haruslah mengetahui kedudukan anak bagi orang tuanya yaitu:
1. Anak sebagai Rahmat
Salah satu Rahmat Allah bagi orang tua adalah rahmat dikaruniai anak. Sesuai Firman Allah SWT yang maknanya : “…dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai suatu Rahmat dari sisi Kami” (terj. QS. Al-Anbiya :84).
Rahmat diberi Allah SWT yaitu berupa anak. merupakan nikmat dan rezeki bagi orang tuanya. Karena kedatangan anak di tengah keluarga dapat menambah kebahagiaan keluarga dan menambah rezeki bagi orang tuanya. Oleh karena itu, setiap lahir anak, dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menyembelih kembing sebagai aqiqahnya, mencukur rambut dan menamainya dengan nama yg baik, sebagai tanda syukur atas rahmat dan rezeki yang tak ternilai harganya.
2. Anak sebagai Amanah
Amanah berarti suatu yg harus dipertanggung jawabkan nanti di hadapan Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW : “..Suami sebagai pimpinan didlm rumah tangganya dan dia bertanggung jawab dalam rumah tangganya…” (HR. Bukhori Muslim).
Karena anak sebagai amanah bagi orang tuanya, maka kewajiban orang tua untuk memelihara, membimbing dan mendidik anak agar menjadi anak yang sholeh, mengenal Tuhannya dan berbakti kepada orang tuanya.
3. Anak sebagai Ujian
Hidup ini adalah ujian. Segala apa yang dianugerahkan Allah kepada kita merupakan ujian-Nya. Termasuk harta dan anak, sesuai Firman Allah SWT : “Dan ketahuilah, harta-hartamu dan anak-anakmu itu adalah sbg ujian (fitnah)” (terj. QS. Al Anfal :28)
4. Anak sebagai Media Beramal
Semua jerih payah orang tua dalam bekerja keras untuk nafkah anak adalah sedekah. Rasulullah SAW bersabda : ” Apabila orang tua memberi nafkah terhadap keluarganya dan ia mengharapkan pahala karenanya, maka nafkah itu menjadi sedekah baginya” (HR. Bukhori Muslim). Dalam hadist lain dinyatakan : “Satu dinar engkau nafkahkan untuk dijalan Allah, satu dinar engkau sedekahkan untuk fakir miskin dan satu dinar engkau sedekahkan untuk keluargamu. Maka yg paling besar pahalanya ialah engkau nafkahkan kpd anak dan istrimu” (HR. Muslim).
5. Anak sebagai Amal Jariyah
Anak dapat memberikan pertolongan kepada orang tuanya ketika masih hidup dan setelah mati, bila anak itu adalah anak yang sholeh. Pendidikan yang orang tua berikan kepada anak akan tumbuh kembang menjadi amalan yang terus mengalir (jariyah). Disebutkan dalam hadist Nabi SAW : “Apabila manusia mati, maka putuslah semua amalnya kecuali 3 perkara : sedekah jariyah, ilmu yg bermanfaat, dan anak yg sholeh yg mendoakan orang tuanya” (HR. Bukhori Muslim). Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak yg lahir dlm keadaan suci, maka orang tuanyalah menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Wahno Sucipto
PAIF KECAMATAN WIYUNG