Home Artikel MENSYUKURI NIKMAT SEHAT

MENSYUKURI NIKMAT SEHAT

by admin

 

Bicara tentang nikmat Tuhan yang diberikan kepada manusia sungguh luar biasa. Andai umur manusia digunakan seluruh hidupnya, tentu tidak akan sanggup menghitung seluruhnya. Ketidak mampuan menghitung nikmat Allah itu karna kemampuan otak kita sangat terbatas, sedangkan nikmat Allah yang di berikan kepada kita -sebagai obyek yang dihutung- terlalu banyak, kalau tidak boleh dibilang tak terbatas.

Allah meyatakan dalam FirmanNya :’’Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nahl ayat 18)

Salah satu nikmat Allah yang diberikan secara cuma-cuma pada kita adalah “nikmat Sehat”. Orang bijak bilang “kesehatan memang bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya tidak berarti apa-apa”, Bila segalanya itu bersifat materi maka ungkapan tersebut ada benarnya. Sebab berapapun uang yang kita punya, rumah seindah istana, isteri secantik bidadari, menu masakan setandar hotel bintang lima kalau kita tidak punya kesehatan, maka kita tidak bisa menikmati semua keindahan dan kelezatan semua itu. Ternyata kesehatan sangatlah berharga.

Kesehatan itu pemberian Tuhan. Kita lahir bukan pilihan kita, melainkan adalah atas taqdir Allah. Kita belum bisa meminta, Allah sudah beri kesehatan itu, sehingga kita keluar dari rahim ibu kita dalam keadaan sehat. Dengan modal sehat itu kita siap menjadi manusia dewasa. Bahkan punya potensi besar untuk menjadi subyek kehidupan atau Khalifah di Bumi ini. Pemberian Tuhan itu perlu kita syukuri. Bahkan syukur nikmat itu diperintahkan beriringan dengan penyebutan beberapa nikmat Allah yang diberiakn pada kita, sebagaimana ayat berikut ini:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿النحل: ٧
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 78)

Bercermin dari ayat di atas, bahwa Dia yang mengeluarkan dari perut ibu kita, dalam kondisi tidak mengerti apa-apa tentag perbendaharaan dunia ini, lalu Allah berangsur-angsur mengajari kita bisa mendengar (sam’a) , melihat
(ab shar) dan memahami (af idah) atau berilmu tentang dunia tempat kita hidup.

Ini semua adalah bagian dari nikmat Allah yang sudah kita nikmati.
Yang menarik untuk kita perhatikan adalah penghujung ayat itu, ada perintah bersyukur “la’allakum tasykuruun’ agar kalian bersyukur.
Nah itulah yang harus kita lakukan ketikan kita beri oleh Allah suatu nikmat. Banyaknya kata tersebut menunjukkan bahwa kata syukur itu penting. Syukur adalah satu model interaksi hamba kepada Allah atas nikmat dan rizki-Nya.

Salah satu mufasir kontemporer Imam Sya’rawi, yang telah menulis Tafsir al-Sya’rawi. Bahwa syukur menurut al-Sya’rawi adalah pengakuan atas nikmat dari pemberi nikmat (mun’im) dengan ketundukan. Syukur dilakukan ketika seseorang mendapatkan nikmat dan anugerah dari Allah (Fadl). Syukur diwujudkan dalam ucapan (bi al-lisan), badan (bi al-badan), hati, (bi al-qalb) dan harta (bi al-mal), sebagai sebuah perwujudan terima kasih atas nikmat Allah, maka manfaat terhadap sikap syukur menjadikan Allah menambahi nikmatnya secara terus menerus dan mengantarkan pelakunya pada pemantapan iman.

Aplikasi syukur dilakukan ketika seseorang pertama, mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan. Kedua, bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan ketiga, bersyukur ketika mendapatkan sebagian dari nikmat itu sendiri (aljuz’iyyat al-ni’mah al-wahidah).
Syukur merupakan respons manusia paling awal atas Allah yang telah memberikan nikmat, kemudian manusia melanjutkan respons tersebut dengan beriman. Oleh sebab itu kata syukur ditulis terlebih dahulu daripada iman: “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.
(Q.S. al-Nisa’ (4): 147).
Apabila syukur dilaksanakan sebagaimana disebutkan di atas, maka syukur itu tidak hanya mendatangkan tambahan nikmat, namun syukur itu merupakan sebuah nikmat tersendiri. Sebaliknya, jika manusia tidak mau bersyukur maka dia mengingkari nikmat Allah atau kufur dan balasannya adalah azab yang Pedih.
Memelihara nikmat sehat dengan pola hidup yang sehat, berfikir sehat, berperilaku sehat dan olahraga yang seimbang adalah bagian dari cara mensyukuri nikmat sehat. Semoga nikmat sehat bertambah dengan kesyukuran kita.

Muhammad Subai,
Paif KUA Kec. Tambaksari Surabaya

You may also like

Leave a Comment

Follow by Email