Ketika menbersamai ibu-ibu majlis taklim maratus Sholiha, semangat ngaji yang luar biasa meski target setiap pertemuan 1 juz, dan setiap orang kebagian 2 ruku’ itu bagian sensasi yang luar biasa, megap-megap tarik nafas, lalu akan tertawa jika ada yang salah pelafalannya karena belajar mengaji tidak pada usia muda.
Obrolan kami berlanjut setelah baca doa, kalau kemarin masalah jual beli, kali ini membahas vaksin. Siapa saja yang sudah vaksin dan yang belum, gejala apa saja yang muncul setelah vaksin dan salah satunya nyletuk,” Bu Ely saya sudah lengkap vaksinnya 3 kali biar segera umroh, lho ya Alhamdulillah jawab saya, emang kapan jenengan berangkat Bu, kami senang dan semoga bisa segera nyusul umroh. Enggeh Bu Ely saya vaksin saja lengkap 3 kali, berharap bisa segera umroh tidak tahu kapan itu, semua jamaah tertawa dan mengaminkan.
Saya pun menyampaikan tidak apa-apa ini bagian ikhtiar kita agar bisa segera umroh salah satunya dengan vaksin 3 kali dulu, andai nanti disuruh vaksin lagi Yo ayo budal, karena bagian langkah memutus mata rantai covid-19 yang sekarang sudah ngajak uminya, omnya dan adiknya … Boten ngoten ta. Jawab serempak enggeh Bu.
Menunaikan ibadah haji dan umrah adalah mimpi setiap muslim di seluruh dunia. Kendati bertolak ke Tanah Suci hanya diwajibkan bagi yang mampu, tapi tak sedikit dari umat, dengan kondisi ekonomi pas-pasan, tetap menyisihkan sedikit pendapatannya agar dapat pergi ke Baitullah.
Selain termaktub dalam rukun Islam, Nabi Muhammad juga pernah bersabda terkait tempat-tempat yang memang layak dan patut didatangi seorang muslim. Ia mengatakan, “Janganlah kamu bersikeras untuk berkunjung, kecuali pada tiga tempat, Masjid al-Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi), serta Masjid al-Aqsa.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah).
Sebuah harapan dan mimpi karena kami terkumpul dengan latar belakang yang berbeda dan kebanyakan bukan menengah keatas tapi menengah kebawah.
Pandemic covid-19 yang membuat ekonomi semakin terpuruk, akses berjualan juga terbatas dan bekerja juga terbatas, berlarian mengejar dan mengimbangi sekolah daringnya anak-anak, mengambil kesempatan jika bisa PTM adalah sebuah kelegaan tersendiri, karena ibu-ibu bisa mengerjakan tudas rumah tangga tanpa gangguan.
Namun, memang tidak semua muslim dapat memiliki kesempatan berkunjung ke Tanah Suci. Hal itu terjadi tentu karena beragam sebab. Kendati demikian, tak sedikit pula umat yang berhasil menginjakkan kakinya di Baitullah tanpa pernah diduga-duga atau direncanakan sebelumnya. Tapi karena izin dan kehendak-Nya, ia berhasil sampai di tempat yang menjadi pusat kiblat umat Islam, bahwa terpuruk dengan pandemi saat ini juga membawa harapan untuk bangkit, meski masih sebuah niat dan ihtiar vaksin.
Saya sampaikan ke ibu-ibu majlis taklim, mari kita tulis dan kita gambar Rumah Allah yang berbentuk Ka’bah itu lalu kita tempel di sekitar kita, di dapur, di ruang tamu, dikamar dan di tempat kita beribadah, agar kalau kita berdoa tidak ketinggalan. Mimpi bisa kita mulai Bersama dan diwujudkan Bersama-sama dengan doa dan ihtiar.
Karena ke Baitullah memang bukan semata-mata karena mereka mampu secara finansial. Namun, juga karena niat dan cinta kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Menurut mereka, terkadang ada saja mereka yang mampu atau mapan secara ekonomi, tapi sangat berat menunaikan ibadah haji. Alasannya, kata mereka, belum mendapat panggilan.
Yakinlah bahwa Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu tapi Allah memampukan orang-orang yang terpanggil.
Sesuai dengan firmanNya :
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبارَكاً وَهُدىً لِلْعالَمِينَ (96) فِيهِ آياتٌ بَيِّناتٌ مَقامُ إِبْراهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كانَ آمِناً وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعالَمِينَ(97)
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
(QS. Ali Imran ayat 96-97)
Untuk bisa menjadi yang “terpanggil” niat saja tidak cukup. Harus dengan “niat dan keinginan yang kuat” yang dimanifestasikan dalam tindakan kita. Berdoa setiap waktu dan mengerahkan segenap tenaga dan usahanya untuk bisa pergi ke Baitullah. Keinginan yang kuat akan menuntun kita ke jalan menuju Baitullah. Kalo ternyata sampai menjelang ajal kita belum bisa merealisasikan niat dan keinginan kuat kita untuk mengunjungi Baitullah dengan berbagai alasan, kita masih ada peluang untuk berhaji yaitu anak cucu kita yang akan menghajikan.
Mari kita berdoa bersama semoga cita-cita kita dan harapan kita dikabulkan oleh Allah …aamiin
ELY ROSYIDAH
PAIF KEC. BUBUTAN KEMENAG KOTA SURABAYA
1 comment
Posting yang bagus, saya telah membagikannya dengan teman-teman saya.