ASY’ARI, S.PdI, MH (PAIF KEC. GUBENG)
Manusia Hidup di Alam Dunia ini tidak luput dari dosa,Salah dan lupah, Sebagai umat Islam harusnya selalu berusaha membersihkan diri secara lahir dan batin. Inilah yang disebut tazkiyatun nafs.
Tazkiyatun nafs terdiri dari dua kata, yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata zakka yang artinya penyucian, pembinaan, serta penumbuhan jiwa menuju kehidupan spiritual yang lebih tinggi.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa tazkiyatun nafs merupakan pembersihan diri dari sifat kebuasan, kebinatangan, dan setan untuk kemudian mengisi dengan sifat-sifat terpuji. Untuk menyucikan jiwa, ada tiga fase yang mesti dilalui. Apa saja?
1. tathahhur artinya mengangkat serta menyucikan jiwa dari beragam penyakit hati seperti kufur, nifak, kefasikan, kemusyrikan, riya, kedengkian, dan lain sebagainya. Pada tahap ini, penyucian jiwa diawali dengan taubat serta berjanji tidak akan mengulangi segala perbuatan yang bisa mengotori diri.
2. Tahaqquq adalah cara bagaimana seorang Muslim dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT sehingga memperoleh kedudukan yang mulia di sisi-Nya. Di tahap ini seorang Muslim memfokuskan hati dan pikiran hanya kepada Allah SWT, salah satunya dengan cara dzikir.
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)
Allah SWT berfirman: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S Ali Imran ayat 191).
3. Takhalluq maknanya berakhlak dengan nama-nama Allah yang mulia serta meneladani Rasulullah SAW. Ini adalah upaya perwujudan sifat-sifat Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya Allah memiliki sifat ar-Rahmaan dan ar-Rahiim. Oleh sebab itu seorang Muslim hendaknya juga mengasihi dan menyayangi sesama.
Itulah tahapan menyucikan diri atau tazkiyatun nafs bagi umat Islam. Keberhasilan seseorang dalam melakukan tazkiyatun nafs akan mewujud dalam aktivitas sehari-harinya, termasuk sholat secara khusyu, selalu hati-hati dalam perbuatan dan ucapan, menunaikan zakat, dan menjaga amanah.
Kembali fitrah atau mensucikan hati merupakan proses yang berkelanjutan. Mensucikan hati membutuhkan usaha yang konsisten setiap hari.
Sama seperti kita terus mencuci pakaian atau membersihkan kamar agar kotoran tidak menumpuk di dalamnya. Kita juga perlu bekerja secara teratur dan konsisten untuk mensucikan hati kita.
Terdapat enam cara membersihkan penyakit hati. Keenam cara ini sesuai dengan anjuran Islam dan mudah untuk diamalkan.
1. Berzikir
Allah SWT berfirman:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram”. (Qs Ar-Ra’du 28)
Nah, salah satu cara untuk selalu mengingat Allah dalam hati kita adalah dengan berzikir. Jadi, jangan lupa berzikir ketika hati atau pikiranmu sedang terusik dengan hal negatif!
2. Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an juga merupakan salah satu hal yang bisa kamu lakukan untuk membersihkan hati dan pikiran. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Qur’an Surat Az-Zumar ayat 23:
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpin pun”. (Q. S. Az Zumar : 23)
3. Salat dengan khusyuk
Dalam Qur’an Surat Az-Zumar ayat 23, juga dijelaskan bahwa untuk membersihkan pikiran dan hati, umat muslim bisa melakukannya dengan cara mengingat Allah SWT. Salah satunya adalah dengan salat secara khusyuk.
4. Berwudu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudu dan menyempurnakan wudunya, kemudian mengucapkan, “Asyhadu an laa laaha illallaahu wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu.” Akan dibukakan untuknya pintu-pintu surga yang delapan, ia dapat masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki.” (HR Muslim: 234)
Selain itu, terdapat hadis lain dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu secara marfu’ yang menyatakan,
“Barang siapa yang berwudu, lalu ia selesai dari wudunya, kemudian mengucapkan, “Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu an laa ilaaha illaa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika.” Allah akan menutup di atasnya (bacaan itu) dengan penutup, kemudian ia diangkat hingga ke bawah Arsy, dan tidak dibuka hingga hari kiamat.” (HR Nasa’i dalam ‘Amal Yaul wa Lailah, hal. 147, Hakim: 1/752)
5. Menghindari riya, Takabbur, Iri dan Dengki
Memang perkara hati adalah perkara yang sangat sulit dijaga terutama masalah ikhlas. Seseorang bisa jadi mencari dunia bertopengkan agama, sedangkan agama menjadi korban untuk dunia. Atau sudah ikhlas di awal-awal beramal, akan tetapi di pertengahan amal bisa jadi niat tercampur riya’, dan ia tidak berusaha melawan riya tersebut. Orang yang riya’ pahala amalnya akan sia-sia dan tidak bernilai. Sebagaimana orang yang bersedekah, tetapi hanya mengharapkan pujian dari manusia sebagai orang yang dermawan.
6. Bersilaturahmi
“Barang siapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaklah dia bersilaturahmi (menjalinkan hubungan baik) niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezeki, ditambah umurnya dan Allah SWT memasukkan ke dalam surga.”(HR. Ar-Rabii)
Sebagaimana disebutkan pada hadis di atas, maka bersilaturahmilah kamu untuk meringankan suatu perkara. Bahkan, Allah SWT senantiasa memperluas rezeki, menambah umur, dan memasukkan orang yang suka bersilaturahmi ke dalam surga.