Dalam hadis pernah nabi sampaikan bahwa kebahagian yeng tertinggi, adalah ketika hamba Allah melihat wajah Allah di Surga. Tetentu hal ini dapat diperoleh hamba Allah yang bertaqwa.
Namun ada yang sudah dipastikan oleh Nabi orang yang bakal tidak diajak bicara oleh Allah, tentu saja dia pun tidak bisa melihat wajah Allah, tidak mendapat ampunan, tidak mendapat kebahagiaan tertinggi dan justru mendapat azab nan pedih. Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW berikut ini:
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
شَزَانٍ/ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ /وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ . (رواه مسلم)
Artinya :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasûlullâh ﷺ bersabda: “Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, dan tidak mensucikan mereka.” Abu Mu’awiyah menyebutkan, “Dan tidak melihat kepada mereka. Dan mereka mendapatkan siksa yang pedih: Yaitu, orang tua yang berzina, pemimpin yang berdusta, dan orang miskin yang sombong” (Hadits Shahih Riwayat Muslim)
Orang Tua Yang Berzina,
Orang tua itu seharusnya menjadi teladan dalam berprilaku, baik ibadah dan akhlak. Kematangan dalam kepribadian harus lebih baik dari yang lebih muda. Maka tidak salah kalau budaya kita itu menempatkan orang yang lebih tua itu sebagai panutan dan figur yang patut dihormati. Dalam hadits nabi disebutkan “Bukan termasuk golonganku, siapa yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang lebih muda”. (HR. Imam Turmudzi). Itulah kedudukan orang yang lebih tua, dia lebih pantas dihormati. Akan tetapi jika posisi tua umur yang tidak menjadi teladan dalam kebaikan, misal saja, berbuat zina adalah dosa besar. Tidak seharusnya dilakukan karena larangan Allah. Oleh sebab itulah Allah marah besar terhadap orang tua yang melakukannya. -Sekalipun perbuatan zina juga tidak menjadi wajar kalau dilakukan anak muda-. Tetapi atensi khusus bagi yang sudah umur tua, umumnya yang sudah lebih dekat ajalnya. Maka dari itu Allah tidak suka, Allah tidak menyapa di hari akhirat kelak,, tidak mengampuninya sebelum bertaubat, dan menyiksanya sebagai balasan yang adil.
Pemimpin Yang Pendusta.
Pemimpin tidak ubahnya sebagai orang tua bagi yang dipimpin/rakyatnya; dia sebagai panutan dan tempat berlindung dan bergantung oleh rakyatnya. Keadilan menjadi harapan rakyatnya, kejujuran menjadi tuntutan oleh rakyatnya. Jika pemimpin adil dan jujur rakyat pasti makmur. Tetapi kalau pemimpin dusta akan menimbulkan perkara besar, rakyat akan tertipu. Jika rakyat tertipu akan menimbulkan ketidak percayaan (distrus). Dusta adalah bagian dari sifat munafik, yang harus dijauhi, kalau pimpinan dusta terhadap ucapannya, tidak jujur atau tidak amanah maka kehancuran akan terjadi. Maka kalau ada pemimpin yang dusta ini berbahaya, dia telah berbuat dosa besar, karena akan menipu rakyatnya. Pantas dia tidak mendapat ampunan sebelum bertaubat.
Pemimpin adalah jabatan amanah yang harus dilaksanakan secara jujur. Jika tidak maka dia adalah pemimpin yang khianat. Tidak layak mendapatkan surga.
Orang Miskin Yang Sombong.
Orang miskin atau kaya itu kehendah Allah, ada hambanya yang di luaskan rizkinya ada yang disempitkan oleh Allah, itu semua bentuk keadilan dan kasih syang Allah pada hambaNya.
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ ﴿الرعد: ٢٦﴾
Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).(QS. Ar Ra’du: 26).
Dari ayat di atas kita dapat pelajaran, bahwa kebijakan Allah lah orang itu banyak atau sedik rizkinya. Tidak ada alasan kita sombong ketika banyak rizki (kaya) atau sedikit rizki (miskin). Sebagaian orang merasa lebih mulia jika kebetulan diberi rizki yang banyak, dan tidak sedikit kemudian dihampiri rasa sombong. Kata orang, wajar dia sombong kan dia kaya, ada yang dipakai sombong yaitu hartanya. Sekalipun itu tidak dibenarkan oleh Allah. Tetapi kalau kemudian ada orang yang miskin lalu sombong orang awam pun ketawa, apa yang ia sombongkan, harta gak ada. Seharusnya dia lebih berfikir yang positif, instospeksi diri, dengan harta sedikit ia harus prihatin manahan diri lebih ingat tawadlu’ pada Allah yang maha memberi rizki, berdoa agar dicukupkan rizkinya .
Nah di sinislah letak keanehannya miskin sombong itu terasa ganjil, walaupun kaya sombong hakekatnya juga gak boleh. Kesombongan itu hanya layak bagi iblis yang enggan diperitah Allah untuk sujud pada Adam as. Orang yang kaya yang sombong dibenci Allah, miskin yang sombong lebih dibenci oleh Allah, sehingga Allah tak sudi menyapa padanya. Wallahu a’lam bis shawab
Subai, Paif KUA Kec Tambaksari