(Itsar)mengutamakan orang, mencintai orang lain, adalah Akhlaq seorang Muslim.
Oleh karena itu bila seorang muslim mendapatkan kesempatan untuk melakukan itsar dia akan lakukan dengan segera dan melebihkan orang lain daripada dirinya. Sehingga ia lapar agar orang lain kenyang, kehausan agar orang lain dapat minum, bahkan rela mati demi hidupnya orang lain.
Hal itu bukanlah sesuatu yang aneh, bagi seorang muslim, yang jiwanya sudah terbiasa untuk melakukan makna-makna kesempurnaan, yang membentuk wataknya dengan watak kebaikan cinta keutamaan dan keindahan. Allah juga sampai memuji yang disebutkan dalam firman Nya, Surat Al Hasyr 9,
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمۡ حَاجَةٗ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Surat Al-Hasyr, Ayat 9
Sungguh, setiap akhlaq muslim yang utama dan perihal terpuji lagi indah dari ajaran Rasulullah atau ter ilhami dari limpahan rahmat ilahiyah seperti dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
Laa yu’minu ahadukum hatta yuhibbu li akhihi maa yuhibbu linafsihi,
Tidaklah sempurna iman seseorang, diantara kalian, sehingga ia mencintai untuk saudaranya kebaikan yang ia cintai untuk dirinya sendiri. Dengan demikian maka bertambah tinggi dan berkembanglah akhlaq seorang muslim.
Sesungguhnya lah seorang muslim itu hidupnya selalu terpaut pada Allah, lisannya tiada terhenti selalu berdzikir kepada Allah, hatinya senantiasa bersimpuh ke hariba’an cintaNya, jika terbentang ketajaman pandangnya maka terbitlah pemahamannya, dan jika terlintas lantunan ayat semisal dalam surat Al Muzammil 20
۞إِنَّ رَبَّكَ يَعۡلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدۡنَىٰ مِن ثُلُثَيِ ٱلَّيۡلِ وَنِصۡفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٞ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحۡصُوهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرۡضَىٰ وَءَاخَرُونَ يَضۡرِبُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَبۡتَغُونَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَءَاخَرُونَ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُۚ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗاۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرٗا وَأَعۡظَمَ أَجۡرٗاۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمُۢ
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Surat Al-Muzzammil, Ayat 20
Dan Surat Al Fathir 29-30
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ يَرۡجُونَ تِجَٰرَةٗ لَّن تَبُور
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, Surat Fathir, Ayat 29
لِيُوَفِّيَهُمۡ أُجُورَهُمۡ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضۡلِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ غَفُورٞ شَكُورٞ
Agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri. Surat Fathir, Ayat 30
Maka dunia menjadi hina dan murah dalam pandangannya kemudian ia malah memilih kehidupan akhirat dan mengutamakannya. Bagi seseorang yang telah mencapai derajat ini mana mungkin ia tidak giat untuk mendermakan hartanya dan merebut kebaikan serta mengutamakan orang lain, bahwa yang ia infaqkan hari ini, pasti akan ditemui di hari esok yang lebih baik dan lebih besar pahalanya.
Ada contoh yang baik seperti,
1. Pengorbanan Ali bin Abi Thalib tatkala menggantikan Rosul untuk tidur di tempat tidurnya Rasul, karena kafir Quraisy lewat usulan (Abu Murrah semoga Allah melaknatnya) hendak membunuh Nabi.
2. Hudzaifah al Adawi, manakala di perang Yarmuk, ingin membawakan air untuk anak pamannya, tapi anak pamannya lebih mendahulukan sahabat yang lainnya Hisyam bin Ash yang ternyata dia pun mengisyaratkan kepada sahabat yang lain, dan akhirnya mereka semua gugur dalam keadaan syahid.
Disampaikan kembali
SOEMIADJI, S.Ag