Home Uncategorized WARNA WARNI KEHIDUPAN

WARNA WARNI KEHIDUPAN

by admin

 

Hidup itu ibarat lukisan, hitam putihnya menunjukkan kesederhanaan, dan warna-warninya menggambarkan keindahan. Warna-warni kehidupan termasuk di dalamnya adalah ragam rasa, penghayatan hati. Rasa sedih, rasa bahagia maupun duka. Hidup itu bagai roda yang berputar, kadang di atas dan kadang pula di bawah. Jadi hidup itu penuh warna, tak selamanya hidup itu gelap, pun pula, tak selamanya terang.

Bila dalam keadaan buruk atau keterpurukan, jatuhnya seseorang atau ujiannya seseorang dalam kehidupannya dengan ujian yang sangat berat, biasanya, keluarlah ungkapan, Oh betapa kelam dan gelapnya hidup ini. Dari sudah sangat jelas bahwa gelap itu identik dengan warna hitam. Sedangkan kebaikan keadaan, keberuntungan yang besar, simbu-simbul kebahagian, harapan-harapan baik biasanya, terungkap bagai warna terang, cerah, putih. Ungkapan masa depan cerah, jelas yang dimaksud adalah keadaan sangat baik di masa depan.

Al Quran menggambarkan, bahwa nanti di akhirat ada wajah yang putih berseri-seri, ada wajah yang hitam pekat, sebuah gambaran siapa orang yang beruntung dan siapa yang tidak beruntung, sebagaimana ayat berikut:

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ….آل‌عمران: ١٠٦

pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram…” (QS. Ali Imran: 106)

Ternyata (dalam lanjutan ayat itu) orang yang punya wajah putih berseri adalah wajahnya orang yang beriman, yang mendapat keberuntngan atas imannya. Sementara orang dengan wajah hitam muram adalah kedaan orang yang yang tidak beriman, yang bakal mendapatkan siksa atas keingkarannya.

Namunn suatu hal yang harus kita sadari bahwa, tidaklah bisa nampak dengan jelas warna putih kala tidak disandingkan dengan warna hitam dan dengan warna-warna terang yang lain.

Rasulullah pun mengistilahkan ada hati yang terkena kotoran bagaikan hati yang terkena noda-noda hitam (nuktatun sauda) dalam hadisnya. ( Imam Turmudzi hadits ke: 3334)

Apabila kita renungkan ungkapkan di atas, bahwa ada warna warni kehidupan adalah sebuah proses pendewasaan seseorang, baik secara pribadi atau pun sosial, agar lebih tangguh dalam menempuh kehidupan sebelum manusia kembali kepada RabbNya. Proses pendewasaan mana bahwa Allah itu Maha Baik atas hamba-Nya. Ada hitam ada putih, ada sakit ada sembuh, ada kesukitan ada kemudahan adalah warna-warni kehidupan, dan semua ada akhirnya. Semua itu sesungguhnya Allah berkehendak baik, walaupun secara sekilas tidaklah semua orang bisa memahami. Untuk memahaminya harus melalui pemahaman yang koprehenshif. Sebagaimana naskah tektual hal berikut ;

Pertama, tidaklah seseorang dicoba, kecuali Allah ingin membuat ia menjadi sosok yang tangguh hatinya dan dia pun mampu menyelesaikan.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ….البقرة: ٢٨٦

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Qs. Al Baqarah : 286)

selaras dengan ayar di atas:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا …..الطلاق: ٧

Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Qs. At Thalaq : 7)

Kedua, tidaklah seseorang mendapat sakit kecuali Allah Ta’al ingin menghapus dosa -dosanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti Allah akan menghapuskan kesalahan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya (HR. Al-Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً ، أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً

“Tidaklah seorang mukmin terkena duri dan lebih dari itu melainkan Allah akan mengangkat derajat dengannya atau dengannya dihapuskan kesalahan-kesalahannya.”
(HR. Bukhari no. 5640 dan Muslim no. 2572)

Ketiga, tidaklah ada kesulitan kecuali bersamanya ada kemudahan.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Insyirah:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا …..الشرح: ٥

”Sesunggahnya bersama kesulitan terdapat kemudahan“ (Qs. Insyirah: 5)

Keempat, Tidaklah Allah menyintai hambaNya melainkan ia akan diberi Cobaan

Seorang yang beriman harus rida atas cobaan tersebut, maka Allah akan memberikan keridaan kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Sesungguhnya pahala yang besar diperoleh melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang rida (menerimanya) maka Allah akan meridainya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya. (HR. At Tirmidzi no. 2396)

Kelima, boleh jadi kita manusia tidak suka sesuatu, padahal baik baginya, dan boleh jadi ia suka sesatu padahal itu buruk baginya.

وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿البقرة: ٢١٦﴾

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Dari uraian dan nukilan ayat atau pun hadis di atas, setifaknaya kita punya gambaran bahwa sesungguhnya manusia dalam melihat, memahami sesuatu itu tidak terbatas makna fisik, atau dlohir sebuah kasus atau obyek. Makna batin harus juga menjadi bagian dari memahami sesuatu. Lebih-lebih dari itu di kaitkan dengan nilai baik dan buruk. Tidak semua yang menyakitkan itu buruk, bukan beraati yang mebahagiakan semanya baik. Nilai baik dan buruk atas warna warni kehidupan kita ada pada cara menyikapinya. Ada tiga kata yang menjadikan berbagai keadaan itu menjadi baik nilainya. Tiga kata itu adalah Syukur, Sabar dan Ridlo. Jika mendapat nikmat Bersyukur, jika diberi kesulitan atau kesempitan Bersabar, dan bila diuji Ridho. Syukur, Sabar dan Ridlo semuanya baik. Waallahu Alamu bishawaf.

Drs. H.M. Subai, MPdI. Paif-KUA Kec. Tambaksari

You may also like

Leave a Comment

Follow by Email